top of page

Equityworld Futures | Menanti Efek Santa Rally Saat Omicron Membayangi

Equityworld Futures | Perdagangan di bursa saham Tanah Air sudah memasuki minggu terakhir alias penghujung 2021. Secara historis, pada minggu terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seringkali sukses menghijau. Bagaimana dengan tahun ini?


Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melemah 0,59% ke 6.562,900 sepanjang pekan lalu. Investor asing juga tercatat meninggalkan bursa Tanah Air dengan catatan jual bersih Rp 773,85 miliar di pasar reguler.


Harga Emas Kayaknya Mulai Mager Nih... | Equityworld Futures


Namun, sejak awal Desember hingga penutupan Jumat (24/12) minggu lalu, IHSG masih menguat 0,44%.


Saat IHSG melemah sepanjang pekan lalu, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street justru terus menanjak. Indeks S&P 500 sukses melesat 2,28% sepanjang pekan lalu, berada di 4.725.79, yang merupakan rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Kemudian indeks Dow Jones sukses menguat 1,65% ke 35.950,56, dan Nasdaq naik memimpin penguatan sebesar 3,19% ke 15.653,37.


Penguatan Wall Street berpeluang berlanjut di pekan ini yang bisa mendongkrak kinerja IHSG. Hal tersebut tidak lepas dari fenomena Santa Rally di bursa saham AS. Santa Rally merupakan momen spesifik, di mana ada kecenderungan Wall Street akan mengalami kenaikan di 5 hari terakhir perdagangan setiap tahunnya, dan berlanjut di 2 hari pertama tahun yang baru.


Artinya, Santa Rally di Negeri Paman Sam akan dimulai pada hari ini, Senin (27/12), dan bakal berakhir pada 4 Januari 2022.


Mengutip CNBC International, Santa Rally pertama kali diamati oleh Yale Hirsch, pendiri The Stock Trader's Almanac. Dalam 45 tahun terakhir, Santa Rally menghasilkan return positif sebanyak 34 kali, dengan rata-rata sebesar sebesar 1,4%.


Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya memberikan sentimen positif ke bursa saham global lainnya, termasuk IHSG. Kabar baiknya, dalam 20 tahun terakhir Santa Rally membuat IHSG mencatat return positif selama 18 kali, hanya 2 kali saja negatif.


Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia sebelumnya, dalam 20 tahun terakhir, rata-rata selama Santa Rally di Amerika Serikat, IHSG mencatat kinerja positif sebesar 1,65%. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2008 ketika IHSG melonjak lebih dari 7,5%.


Sementara, kinerja negatif indeks acuan saham nasional hanya tercatat pada tahun 2002 dan 2017, yakni masing-masing minus 4,10% dan 0,41%. Bahkan, pada tahun lalu, dalam kondisi pandemi Covid-19, IHSG juga mampu mencatat penguatan 0,72%.


Di penghujung tahun ini, Santa Rally juga diperkirakan akan kembali datang.


"Jika Anda menunggu semua selesai, maka Anda akan ketinggalan reli. Anda harus mempertimbangkan kemungkinannya, dan kita tidak perlu takut dengan [bank sentral AS/Federal Reserve] The Fed karena Omicron tidak akan memperburuk masalah rantai pasokan," kata Alec Young, kepala investasi di Tactical Alpha, sebagaimana diwartakan CNBC International, Kamis (23/12).


Artinya menurut Young, The Fed masih akan tetap pada panduannya yakni kenaikan suku bunga 3 kali di tahun depan, yang sudah diantisipasi pelaku pasar, tidak akan lebih banyak dari itu.


Kemudian Jessica Rabe, co-founder dari DataTreck Research mengatakan indeks S&P 500 cenderung mencapai puncaknya pada pekan terakhir atau hari terakhir perdagangan bulan Desember.


"Sejak 1980, indeks S&P 500 cenderung mencapai puncak tertinggi Desember di pekan terakhir" kata Rabe dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.


Selain ditopang sentimen Santa Rally, selama Desember, IHSG juga cenderung minim koreksi di tengah apa yang disebut dengan 'window dressing'. Window dressing merupakan aktivitas mempercantik portofolio para fund manager dengan memburu saham-saham unggulan (blue chip) alias berkapitalisasi pasar besar (big cap).


Berdasarkan data yang diolah Tim Riset CNBC Indonesia, dalam 10 tahun terakhir kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%. Bahkan, pada tahun lalu, IHSG berhasil melompat 6,53% selama Desember.


Kendati, data historis menunjukkan tren Santa Rally cenderung menular ke bursa Tanah Air, serta adanya window dressing, sentimen terkait penyebaran Covid-19 Omicron masih membayangi mood pasar saat ini sehingga bisa saja mengganggu tren tersebut.


Kabar teranyar, Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, kasus Covid-19 omicron di tanah air sudah mencapai 46 kasus. Hal itu diungkapkan Luhut dalam konferensi pers virtual, Senin pagi ini (27/12).


Di negeri tetangga, Singapura, kini memiliki total 650 kasus Covid-19 Omicron per Minggu (26/12). Dengan demikian, saat ini investor tampaknya masih perlu mencermati perkembangan lanjutan munculnya varian baru Covid-19 tersebut.

Commenti


bottom of page