top of page

Equity World | Meski Penjualan Otomotif Lesu, Asing Mulai Koleksi Saham ASII

Equity World | Meski Penjualan Otomotif Lesu, Asing Mulai Koleksi Saham ASII Equity World | Tekanan yang mendera saham PT Astra International Tbk (ASII) hari ini berpotensi membuat saham tersebut mengalami pelemahan selama empat hari berturut-turut. Hingga penutupan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi I, ASII diperdagangkan pada level Rp 7.225/unit saham atau melemah hanya 0,69%. Volume transaksi mencapai 12,1 juta unit saham senilai Rp 87,86 miliar. Meski terkoreksi, investor asing mulai mengoleksi saham emiten yang menguasai pangsa pasar otomotif tersebut dengan membukukan beli bersih (net buy) senilai Rp 9,1 miliar. Jika bertahan sampai penutupan, pembelian bersih oleh investor asing ini akan berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Sejak awal tahun, asing memang sudah melepas portofolio sahamnya sangat besar pada saham ASII yakni sebesar Rp 903 miliar. Akibatnya, kinerja saham dari emiten yang dikuasai Jardine Cycle & Carriage Ltd tersebut amblas hingga 12,16%. Penjualan mobil yang anjlok menjadi salah satu penyebabnya. Pada periode Januari-Mei 2019, penjualan mobil mencapai 422.038 unit, turun 14,7% dari capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar 494.931 unit. Situasi ini juga dialami Astra di mana perseroan mencatatkan penjualan pada Mei turun 7,33% menjadi 45.147 unit mobil dari tahun sebelumnya 48.720 unit mobil. Chief of Corporate Affairs Astra International Pongki Pamungkas menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan penjualan mobil melambat pada Mei. Pertama adalah faktor libur Lebaran, ini yang menyebabkan terjadinya time lag atau penjualan yang tertunda karena momen tersebut. Equity World The Fed Diramal Turunkan Bunga Acuan, Wall Street Cetak Rekor | Equity World "Sebagian karena tanggal Lebaran saja, sehingga kayaknya penjualan tertunda karena ada time lag," ungkap Pongki Pamungkas di Menara Astra, Jakarta, Selasa (25/6/2019). Selain itu, sejumlah faktor yang juga perlu dicermati adalah anjloknya harga komoditas seperti kelapa sawit dan batu bara. "Jadi buying power untuk produk kita terpengaruh," kata Pongki. Dia memprediksi, situasi ini juga masih akan terjadi pada semester kedua, bahkan ada potensi penjualan lebih menurun. "Kurang lebih sama seperti tahun lalu, flat-flat saja, saya khawatir malah turun sedikit," ungkapnya. Meski demikian, ia menyebut situasi ini akan mengalami perubahan jika ke depan ada potensi penurunan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve, tentunya hal ini juga akan direspons Bank Indonesia dengan melonggarkan kebijakan moneternya. Tentunya, hal ini juga akan berdampak positif ke sektor otomotif. "Kalau misalnya The Fed menurunkan suku bunga tahun ini, cerita bisa lain, pasti cash flow mengalir dari sana, investasi juga akan menarik," jelasnya.

bottom of page