Equity World | Wall Street Berguguran Lagi, Semoga IHSG Kuat Hadapi Tekanan
Equity World | Wall Street Berguguran Lagi, Semoga IHSG Kuat Hadapi Tekanan
Equity World | Pasar keuangan Tanah Air belum mampu bangkit pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles dan sudah melemah 4 hari beruntun.
Rupiah masih saja anjlok melawan dolar AS. Sementara SBN ditutup beragam di tengah melonjaknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Di tengah kekhawatiran resesi dan ambrolnya bursa saham AS, yakin IHSG bisa 'happy weekend'?
Indeks acuan utama bursa domestik pada perdagangan kemarin Kamis (29/9/2022), ditutup melemah 0,58% di 7.036,2. Dengan ini IHSG genap terkoreksi lima hari beruntun sejak Jumat (23/9/2022).
Sebenarnya IHSG dibuka di zona hijau. Bahkan di sesi I, IHSG sempat menyentuh posisi tertingginya di 7.135,5. Hanya saja IHSG langsung balik arah setelah itu dan ditutup di zona merah sesi I. Di sesi II, IHSG melanjutkan pelemahannya dan semakin menjauhi level psikologis 7.100.
Mayoritas saham terpantau masih mengalami penurunan. Statistik perdagangan mencatat ada 423 saham yang melemah dan 149 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 114 saham stagnan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya yakni mencapai Rp 760,4 miliar. Sedangkan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 592,3 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 524,4 miliar
Nilai transaksi indeks masih relatif sepi di sekitar Rp 12,68 triliun dan sebanyak 23 miliaran saham yang berpindah tangan 1,22 juta kali. Mayoritas perlemahan IHSG dipimpin oleh sektor teknologi dan industri.
Sementara itu di pasar keuangan lain, rupiah gagal mempertahan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (29/9/2022). Dolar AS yang masih terlalu kuat, dan risiko pelemahan berlanjutnya pelemahan rupiah pun masih besar.
Melansir data Refintiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,39% ke Rp 15.200/US$. Setelahnya penguatan terus terpangkas, hingga berbalik melemah 0,1% ke Rp 15.275/US$. Di penutupan perdagangan, rupiah berakhir di Rp 15.260/US$ sama persis dengan posisi akhir Rabu.
Penguatan dolar AS diperkirakan masih akan belum berakhir, atau belum mencapai puncaknya. Sehingga risiko pelemahan rupiah masih cukup besar.
"Dolar AS yang menyandang status safe haven akan terus menarik minat pelaku pasar, akibat ketakutan resesi global yang semakin besar dalam beberapa bulan ke depan. Dalam pandangan kami, indeks dolar AS akan mencapai puncaknya di 115 pada semester pertama 2023," kata ekonom ANZ Bank, sebagaimana dilansir FX Street, Rabu (28/9/2022).
Indeks dolar AS saat ini berada di kisaran 113,43 setelah sempat menyentuh 114 di pekan ini.
Dolar AS yang menyandang status safe haven memang menjadi primadona saat isu resesi dunia semakin menguat. Apalagi dengan The Fed yang berencana terus menaikkan suku bunga hingga tahun depan.
Terakhir, dari pasar obligasi Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan Kamis (29/9/2022), Sikap investor di pasar SBN pada hari ini cenderung bervariasi, di mana pada SBN tenor 3, 5, 10, dan 25 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.
Sedangkan untuk SBN tenor 1, 15, 20, dan 30 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknyayield.
Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 5 tahun menjadi yang paling besar penurunanyield-nya pada hari ini, yakni merosot 7,3 basis poin (bp) ke posisi 6,77%.
Sedangkan untuk SBN tenor 1 tahun menjadi yang paling besar kenaikanyield-nya, yakni meningkat 3,2 bp menjadi 5,628%.
Sementara untuk yieldSBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara berbalik turun 1,3 bp menjadi 7,393%
Comentarios