top of page

Equity World | Pasar Modal Masih Menarik, Enam Sektor Ini Menjanjikan di 2023

Equity World | Pasar Modal Masih Menarik, Enam Sektor Ini Menjanjikan di 2023


Equity World | Kalangan pengamat pasar modal optimistis pasar modal Indonesia akan semakin menarik bagi investor untuk berbelanja saham tahun depan. Prospek ini didukung optimisme masih tangguhnya fondasi ekonomi Indonesia dalam menghadapi krisis global.



Sedangkan beberapa sektor saham yang menarik dan layak direkomendasikan beli oleh pemodal tahun depan adalah enam sektor. Di antaranya, sektor cyclical, non-cyclical, basic, energy, financial, dan health.


“Tantangan ekonomi hadir karena tingkat inflasi global yang tinggi dan direspon bank sentral di banyak negara dengan meningkatkan suku bunga. Ditambah lagi, tantangan dari krisis geopolitik antara Ukraina vs Rusia, yang berimbas pada krisis pangan dan energi,” kata Vice President sekaligus Senior Analis Teknikal PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Alfatih saat menjadi pembicara pada Investment Talk


“Menentukan Arah Investasi 2023” yang diselenggarakan D’Origin Financial & Business Advisory dan Igico Advisory, Minggu (6/11/2022).


Dia mengatakan, berkaca dari sejarah ketika ekonomi Indonesia dihadapkan pada kondisi yang menantang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu memiliki peluang untuk bertumbuh lebih baik antara 2 hingga 3 kali lipat.


“Indeks kita saat menghadapi tantangan ekonomi, tidak membutuhkan waktu lama, hanya 1 atau 2 tahun, sudah balik. Bahkan, kenaikannya bisa 2 hingga 3 kali lipat. Saya optimistis ada pergerakan yang besar di market kita dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya


Menurut Alfatih, enam sektor yang memiliki tren positif dan kecenderungan menguat, yaitu sektor cyclical, non-cyclical, basic, energy, financial, dan health. Disebutkan, di cyclical sector, saham-saham emiten bersandi CARS, MAPI, SMSM, LPPF, dan SCMA berprospek positif.


Adapun, non-cyclical sector saham-saham berpotensi baik adalah AMRT, MYOR, ICBP, HMSP, AALI, GGRM, dan INDF akan bersinar. Basic sector, investor dapat melirik saham dari TKIM, SMGR, TPIA, INTP, INCO, dan ANTM. Kemudian, di energy sector ada MEDC, AKRA, INDY, ADRO, PGAS, TCPI, DOID, ADMR, ENRG, dan ITMG yang menjadi sorotan.


Sementara itu, financial sector ada PNLF, BMRI, BBCA, BBNI, BBRI, SMMA, dan MEGA. Health sector, investor bisa memilih KLBF, CARE, hingga SIDO.


Alfatih memprediksi, target harga dari beberapa emiten itu adalah KLBF dengan target teoretis di level 2.330, CARS dengan target hingga level 120, MAPI di level 1.570-1.830, LPPF bisa hingga level 10.000, SCMA di level 310, AMRT target fibonacci 3.000-3.050.


Kemudian MYOR dengan target di level 2.570-2.800, ICBP target 10.500-11.250, AALI dengan target 9.450-10.000, INDF target 6.600, TKIM target di level 9.200-9.675, SMGR target 9.850-10,550, INTP target 11.625, INCO di level 8.150-8.750.


ANTM dengan target di level 2.580-2.775, MEDC target 1.290-1.530, AKRA target 2.000, PGAS target 2.190-2.350, ENRG 405, ITMG target sekitar 54.250. Selanjutnya adalah BBCA dengan target 10.200, BMRI dengan resistance 11.700, BBRI 5.000-5.500.


“Jadi logikanya adalah saham-saham yang outperform ada tren dan momentum itu tentu didorong dengan dana yang masuk. Jadi yang perform tentu itu dipilih oleh big fund, sedangkan yang underperform cenderung ditinggalkan big fund,” jelas dia.


Sementara itu, Financial Planner pada Finansialku Gembong Suwito mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih robust di kisaran 5%, sehingga secara fundamental ekonomi Indonesia tidak akan mengalami resesi.


Saat ini, menurutnya, sektor yang memiliki tren positif adalah komoditas, energi, logistik, transportasi, dan industri sehingga menjadi daya tarik investor asing di pasar modal.


“Ini menjadi kabar baik, di saat investor global sedang mencari mana yang baik, aman, dan nyaman di tempat investasinya, Indonesia termasuk salah satunya. Saat 2021, inflow-nya luar biasa dan tahun ini colorful, year to date sampai mencapai Rp 80,52 triliun dana dari investor asing masuk. Makanya strong banget, terutama banking,” ujarnya.


Research Assistant-Institute for Economic and Social Research LPEM-FEB-UI Syahda Sabrina menyatakan, Bank Dunia memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh 5,1% secara keseluruhan pada 2022 dan tahun depan. Hal ini berbeda dengan negara-negara berkembang lainnya di Asia tenggara perti Malaysia, Filipina, dan Thailand.


“Indonesia itu diestimasi akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil pada 2022 dan 2023,” ujarnya.

コメント


bottom of page