Equity World | Bursa Saham Filipina Babak Belur & Drop Nyaris 4%, Ada Apa?
Equity World | Bursa Saham Filipina Babak Belur & Drop Nyaris 4%, Ada Apa?
Equity World | Bursa saham Filipina pada perdagangan Selasa (27/9/2022) pagi terpantau ambruk nyaris 4%, di tengah variasinya bursa Asia-Pasifik pada hari ini.
Pada pukul 10:00 WIB, bursa saham Filipina terpantau ambruk 3,99% ke posisi 6.009,96.
Di kawasan Asia-Pasifik, beberapa bursa saham yang sempat dibuka di zona hijau pada pagi hari ini, kemudian berbalik arah ke zona merah. Adapun bursa saham Asia-Pasifik yang berbalik arah ke zona merah yakni Hang Seng Hong Kong yang merosot 0,91% dan KOSPI Korea Selatan yang terkoreksi 0,8%.
Sedangkan indeks Nikkei 225 Jepang masih menguat 0,83%, Shanghai Composite China juga masih bertambah 0,26%, dan ASX 200 Australia juga masih naik 0,17%
Sementara untuk indeks Straits Times Singapura masih melemah 0,58% dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terkoreksi 0,56%.
Belum diketahui secara pasti mengapa bursa saham Filipina ambruk nyaris 4%. Namun, sentimen pasar global yang masih cenderung negatif turut memperberat gerak bursa saham Filipina hari ini.
Investor semakin khawatir dengan resesi global setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) merilis proyeksi arah suku bunga kedepan.
Proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh FOMC menunjukkan bahwa Federal Fund Rate (FFR) bisa sampai 4,4% akhir tahun ini. Apabila menganut proyeksi tersebut berarti dalam dua pertemuan terakhir, Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan di bawah 50 basis poin (bp).
Bahkan ketika pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan tahun depan, proyeksi FOMC justru sebaliknya. Tahun depan mereka masih berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan.
Proyeksi tersebut yang akhirnya membuat pasar keuangan global kembali dilanda dengan koreksi dalam beberapa hari terakhir.
Sementara itu, depresiasi parah dari mata uang Inggris yakni poundsterling juga membuat pelaku pasar semakin khawatir.
Poundserling Inggris turun ke rekor terendah pada hari Senin terhadap dolar AS, jatuh 4% pada satu titik ke level terendah sepanjang masa di US$ 1,0382.
Sejak itu turun dari level terburuknya karena spekulasi bahwa bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mungkin harus menaikkan suku bunga lebih agresif untuk menekan inflasi.
Kampanye kenaikan agresif bank sentral utama, ditambah dengan pemotongan pajak Inggris yang diumumkan minggu lalu telah menyebabkan dolar AS melonjak. Bahkan tak hanya poundsterling saja, euro juga mencapai level terendah terhadap dolar sejak 2002.
Greenback yang melonjak dapat merugikan keuntungan perusahaan multinasional AS dan juga mendatangkan malapetaka pada perdagangan global, dengan begitu banyak yang ditransaksikan dalam dolar.
Di lain sisi, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Filipina pada tahun ini, karena perlambatan ekonomi global dan kondisi keuangan yang ketat.
"Ekonomi Filipina akan tumbuh lebih lambat tahun ini dari yang diperkirakan sebelumnya karena perlambatan ekonomi global dan kondisi keuangan yang ketat," kata IMF, dikutip dari Reuters.
IMF memangkas proyeksi ekonomi Filipina menjadi 6,5% pada tahun ini, lebih lemah dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,7%, tetapi sejalan dengan target pertumbuhan pemerintah Filipina sebesar 6,5% hingga 7,5%.
Sementara pada tahun depan, IMF memperkirakan ekonomi Filipina tumbuh 5,0%, tidak berubah dari perkiraan Juli, tetapi jauh lebih lemah dari perkiraan April yang memproyeksikan pertumbuhan sebesar 6,3%.
"Perekonomian telah mampu pulih dengan cepat dan secara fundamental tetap sehat tetapi dunia telah menghadapi pukulan beberapa kali. Pandemi sudah berlalu tetapi kita sekarang dihadapkan dengan ekonomi global yang lebih suram dan tidak pasti," kata Cheng Hoon Lim, kepala misi IMF, dalam konferensi pers.
Di kuartal kedua tahun ini, ekonomi Filipina tumbuh 7,4%.
Lim juga mengatakan bahwa pengetatan jangka pendek yang berkelanjutan dari bank sentral Filipina (Bangko Sentral ng Pilipinas/BSP) sudah dikatakan tepat untuk menjaga ekspektasi inflasi tetap berlabuh dan mengurangi inflasi utama.
Inflasi rata-rata Filipina sepanjang periode Januari-Agustus mencapa 4,9%, melebihi kisaran kenyamanan bank sentral di 2% hingga 4%.
BSP sejauh ini telah menaikkan suku bunga dengan total 225 basis poin (bp), sehingga tingkat suku bunga acuannya kini menjadi 4,25%, untuk memerangi inflasi.
Comments