top of page

Equity World | Bursa Saham Asia Menghijau Jelang Keputusan Bank Sentral Jepang

Equity World | Bursa Saham Asia Menghijau Jelang Keputusan Bank Sentral Jepang


Equity World | Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik dibuka naik pada Rabu (18/1//2023) seiring investor menunggu hasil pertemuan kebijakan moneter bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ).



Melansir CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,66 persen pada jam pertama perdagangannya, dan indeks Topix naik tipis 0,39 persen,


Pergerakan indeks acuan di bursa saham Jepang itu seiring bank sentral Jepang memasuki hari kedua diskusi kebijakan moneter, yang datang di tengah imbal hasil obligasi pemerintah yang tinggi dan yen yang kuat dengan beberapa ekonom mengharapkan bank sentral untuk membatalkan kebijakan pengendalian kurva imbal hasil.


Yen Jepang terakhir berdiri di 128,25 melawan USD. S&P/ASX 200 Australia diperdagangkan datar. Kospi naik tipis sementara Kosdaq bertambah 0,3 persen.


Pesanan manufaktur sektor swasta Jepang untuk November turun 8,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menurut data resmi. Penurunan tersebut secara signifikan lebih besar dari ekspektasi Reuters tentang penurunan 0,9 persen. Secara tahunan, pesanan manufaktur turun 3,7 persen.


Angka-angka mesin sektor swasta mengecualikan pesanan dari yang tidak stabil untuk kapal dan perusahaan tenaga listrik.


Indeks Dow Jones Industrial Average turun untuk mengakhiri hari, karena saham Goldman Sachs membebani indeks saham.


Dow kehilangan 391,76 poin, atau 1,14 persen, ditutup pada 33.910,85. S&P 500 turun 0,2 persen menjadi 3.990,97. Nasdaq Composite naik 0,14 persen untuk mengakhiri hari di 11.095,11.


Sementara itu, resesi mungkin tidak akan dimulai sekarang sampai nanti pada 2023 karena belanja konsumen telah lebih kuat dari yang diharapkan dan bank sentral AS atau the Fed melonggarkan kenaikan suku bunga, menurut Bank of America.


"Kami menunda waktu perkiraan kami untuk resesi ringan dalam ekonomi AS sekitar seperempat mengingat daya tahan belanja konsumen karena pasar tenaga kerja yang kuat, penghematan berlebih, penurunan harga energi, dan kondisi keuangan yang lebih mudah," kata perusahaan itu dalam catatan klien, dikutip dari CNBC.

Comments


bottom of page