Equityworld Futures | Wall Street Cetak Rekor, IHSG Hijau 4 Hari Beruntun
Equityworld Futures | Wall Street Cetak Rekor, IHSG Hijau 4 Hari Beruntun Equityworld Futures | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Jumat (27/12/2019), di zona hijau. Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,03% ke level 6.321,57. Pada pukul 09:20 WIB, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut telah bertambah lebar menjadi 0,13% ke level 6.327,63. Jika apresiasi IHSG bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai apresiasi selama empat hari beruntun. Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga bergerak di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai menguat 0,47%, indeks Hang Seng naik 1,07%, indeks Straits Times terapresiasi 0,14%, dan indeks Kospi bertambah 0,14%. Bursa saham Benua Kuning sukses mengekor kinerja Wall Street yang sukses mencetak rekor pasca perdagangan kembali dibuka menyusul libur hari raya Natal. Pada penutupan perdagangan kemarin (26/12/2019), indeks Dow Jones naik 0,37%, indeks S&P 500 menguat 0,51%, sementara indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,78%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa. Lantas, lagi-lagi Wall Street mencetak rekor. Sebelumnya pada perdagangan hari Jumat (20/12/2019) dan Senin (23/12/2019), tiga indeks saham acuan di AS tersebut sudah mengukir rekor level penutupan tertinggi sepanjang masa. Langkah China yang semakin membuka perekonomiannya kepada dunia menjadi salah satu faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS dan Asia. Melansir Bloomberg, China mengumumkan bahwa pihaknya akan menurunkan bea masuk bagi sebanyak 859 jenis produk impor mulai awal tahun depan. Kementerian Keuangan China menyebut bahwa pihaknya akan menerapkan bea masuk sementara yang lebih rendah dari bea masuk yang dikenakan terhadap barang-barang dari most-favored-nation (MFN). Daging babi beku, alpukat beku, hingga beberapa jenis semikonduktor termasuk ke dalam daftar produk yang bea masuknya akan dikurangi oleh Beijing. Sebagaimana dilansir dari Reuters, bea masuk terhadap daging babi beku akan dipangkas menjadi 8%, dari tarif MFN yang sebesar 12%, sedangkan bea masuk terhadap alpukat beku akan dikurangi menjadi 7%, dari tarif MFN sebesar 30%. Pada tahun 2018, nilai dari 859 jenis produk impor tersebut adalah sekitar US$ 389 miliar atau sekitar 18% dari total impor China kala itu yang senilai US$ 2,14 triliun. Penguarangan bea masuk ini bisa dinikmati oleh negara-negara yang menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Sementara itu, bagi negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan China, bea masuknya bisa menjadi lebih rendah lagi. Dilansir dari Bloomberg, negara-negara yang memiliki kesepakatan dagang dengan China meliputi Selandia Baru, Peru, Kosta Rika, Swiss, Islandia, Singapura, Australia, Korea Selatan, Georgia, Chili, dan Pakistan. Sekedar mengingatkan, perang dagang AS dengan China pada awalnya dipicu oleh kekesalan Trump terhadap besarnya defisit neraca perdagangan AS dengan China. Kemudian, komplain AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam semakin mengeskalasi perang dagang antar keduanya. Equityworld Futures Santa Rally Siap Dorong Wall Street, Bursa Asia Menghijau | Equityworld Futures Berbicara mengenai besarnya defisit neraca perdagangan AS dengan China, hal ini salah satunya disebabkan oleh hambatan, baik tarif maupun non-tarif, yang diterapkan China guna melindungi perusahaan-perusahaan domestik. Kini, langkah China untuk semakin membuka pasar domestiknya dengan menurunkan besaran bea masuk terhadap produk-produk impor tentu diharapkan akan semakin melunakkan AS dalam negosiasi dagang kedua negara. Sebagai catatan, menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu pada pekan pertama Januari 2020. Lebih lanjut, rilis data ekonomi yang menggembirakan ikut memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Pada pagi hari ini, tingkat pengangguran Jepang periode November 2019 diumumkan berada di level 2,2%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,4%, seperti dilansir Trading Economics. Kemudian, pembacaan awal atas data produksi industri Jepang periode November 2019 hanya menunjukkan koreksi sebesar 0,9% secara bulanan, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 1,4%. Mengingat status Jepang sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, tentu laju perekonomian Jepang yang kuat akan membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dunia.