Equity World | Ada Angin Segar Seputar Perang Dagang, Bursa Asia Tetap Merah
Equity World | Ada Angin Segar Seputar Perang Dagang, Bursa Asia Tetap Merah Equity World | Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri perdagangan hari ini, Kamis (17/10/2019), di zona merah: indeks Nikkei turun 0,09%, indeks Shanghai melemah 0,05%, indeks Straits Times jatuh 0,27%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,23%. Bursa saham Benua Kuning melemah kala sejatinya ada angin segar yang dibawa oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin terkait hubungan AS-China di bidang perdagangan. Untuk diketahui, sebelumnya pelaku pasar sempat ragu bahwa AS dan China akan benar-benar menandatangani kesepakatan dagang tahap satu yang sudah disetujui secara lisan oleh keduanya dalam negosiasi tingkat tinggi di Washington pada pekan lalu. Melansir CNBC International, seorang sumber menyebut bahwa China ingin bernegosiasi lebih lanjut dengan AS sebelum meneken kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara. Sumber tersebut kemudian menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He bisa dikirim ke Washington sebelum akhir bulan ini guna meluruskan poin-poin dalam kesepakatan dagang tahap satu yang masih mengganjal di hati pihak China. Namun, Mnuchin membawa angin segar dengan membantah pemberitaan tersebut. Dirinya membantah bahwa China belum setuju dengan isi dari kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara. Mnuchin justru mengungkapkan bahwa negosiator dagang dari AS dan China kini tengah bekerja untuk memfinalisasikan teks kesepakatan dagang tahap satu untuk kemudian ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping kala keduanya bertemu pada bulan depan dalam gelara KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Equity World Data Ekonomi AS Loyo, Bursa Saham Asia Kurang Gizi | Equity World Sebagai informasi, kesepakatan dagang tahap satu ini akan menjadi jawaban dari kritik AS terhadap China seputar praktik pencurian kekayaan intelektual. Selain itu, permasalahan defisit neraca dagang AS dengan China juga akan dijawab melalui kesepakatan dagang tahap satu, seiring dengan dimasukannya komitmen China untuk membeli produk agrikultur asal AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar. Sebagai gantinya, AS setuju untuk membatalkan pengenaan bea masuk baru bagi produk impor asal China yang sedianya akan dieksekusi pada pekan ini. Rilis data ekonomi AS yang mengecewakan membuat saham-saham di Benua Kuning dilego pelaku pasar. Kemarin (16/10/2019), penjualan barang-barang ritel periode September 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 0,3% secara bulanan. Padahal, konsensus yang dihimpun oleh Forex Factory memperkirakan ada pertumbuhan sebesar 0,3%. Lesunya penjualan barang-barang ritel pada bulan lalu dikhawatirkan akan berlanjut hingga akhir tahun kala konsumsi masyarakat seharusnya sedang tinggi-tingginya, seiring dengan kehadiran musim liburan. Jika ini yang terjadi, tentu laju perekonomian AS akan tertekan, mengingat lebih dari setengah perekonomian Negeri Paman Sam dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Kala perekonomian AS tertekan, dipastikan bahwa laju perekonomian dunia juga akan tertekan, mengingat AS merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.